#Intermezzo
Dani terkejut bukan kepalang, melihat isi dari sebuah kotak berwarna biru gelap. Ia mendengus kesal.
“Mengapa berwarna hijau?”.
Hani tersenyum, “Karena aku ingin menjadi warna yang tak kau sukai, menjadi seorang yang kau benci”.
Dani menoleh, “Mengapa kau melakukan itu?”, tanyanya heran.
“Agar kau mudah melupakanku”, Hani tertawa ringan.
Dani membalik-balikkan satu kotak sapu tangan itu. Memandang heran bercampur ketidaksukaan.
“Bukankah jika memberikan kain berupa baju ataupun sapu tangan kepada kekasih, maka hubungan cinta sepasang kekasih itu akan berakhir?”, mata Dani memandang lekat setiap gerakan Hani.
“Apakah kau percaya mitos itu?”, Hani balik bertanya.
Dani melihat langit-langit apartemen, menerawang sesuatu yang tak bisa ditangkap oleh indera penglihatan, kemudian mengguman, “Tidak juga”.
“Percaya ataupun tidak percaya, toh akhirnya nanti hubungan kita pasti akan berakhir juga”, Hani tersenyum kecut, menelan ludah dengan terpaksa, mencoba tak memikirkan masa depan. Masa depan yang ia sendiri bahkan Tuhan pun tak tahu bagaimana akhirnya.
“Mengapa kau berkata seperti itu?”, Dani kesal, ia mulai marah.
Hani berdiri dari tempat duduknya. Berjalan ke arah kursi yang Dani tempati, memeluknya dari belakang. Hani merendahkan tubuhnya, menempelkan dagunya pada bahu Dani yang jenjang.
“Aku sengaja memberikan sapu tangan itu, agar kau bisa menggunakannya sebagai masker. Jika kehilangan satu, kau bisa menggunakan yang lainnya. Tidak peduli tertinggal di rumah ataupun terjatuh di jalan, simpanlah sapu tangan ini di laci meja kerjamu”.
Hani berjalan memutari kursi dan duduk di pangkuan Dani. Tangannya dikaitkan di leher Dani. Dani melingkarkan tangannya di pinggang Hani. Kini mata mereka saling bertautan, dibatasi oleh sebuah kacamata dan rasa cinta yang terpendam.
“Agar kau menjaga kesehatanmu. Dari debu, angin malam, dan udara kotor”.
“Dan. Aku sengaja memberikannya karena ..”, Hani berhenti berbicara ketika Dani mengecup bibirnya dengan lembut, “.. karena aku ingin menjadi bagian dari setiap hembusan nafasmu”.
Hani balik mengecup bibir Dani. Mata Dani berkacakaca di balik kacamata minusnya.
“Dimanapun engkau berada. Dengan siapapun engkau bersama. Di setiap saat kau hembuskan nafas, disanalah aku ada, disanalah aku bahagia, disanalah aku tercipta. Untukmu .. Hanya untukmu”.
Mata Dani terpejam, bibirnya menyunggingkan senyum ketika Hani mengecup keningnya hangat. “Selamat ulang tahun, sayang”.
#03072013 #DAN