30 Days Journal of Amateur Writer Indonesia

Hadiah telah mendarat dengan selamat. Terima kasih kepada waktu yang telah mempertemukan aku dengan kawan-kawan baru. Pengalaman indah yang sangat berharga. Baik dalam kelas menulis maupun tantangan tematis. Harapan ada bagi orang-orang yang berusaha, salah satunya aku yang sangat menantikan 30 Days Journal of AWI season selanjutnyaaa~⁣

Kepada segenap panitia dan penyelenggara, tak henti-hentinya aku mengucap terima kasih. Semoga di kemudian hari kita dapat berjumpa kembali 🥳⁣

#30DJ #30DJ3⁣ #30DAYSJOURNAL⁣

Kumpulan Nasihat Ibu

30 DAYS JOURNAL OF AWI SEASON 3

#30DJ3DAY30 #30DJ #30DJ3

Aku menyadari sesuatu saat kutanyakan padamu,

“Kamu mau main ke lapangan belakang rumah?”

“Katanya Ibu tidak boleh.”

.. bahwa aku terlalu banyak mengatakan ‘tidak’ padamu. Tersadar bahwa aku terlalu tinggi membuat tembok pembatas untukmu hingga kamu kesulitan mencari teman, mencari pengalaman.

“Boleh kok.”

Sumringah di wajahmu melebihi terik sinar matahari pada jam sepuluh. Kemudian kamu bergegas memakai sandal dan menyiapkan salam sapa terbaikmu untuk bertemu teman baru.

“Tapi Zafran harus ingat pesan Ibu.”

“Apa, Bu?”

“Tidak boleh main di sungai, tidak boleh main di jalan raya.”

“Aku sudah tahu.”

“Tidak boleh pegang-pegang celana dalam orang lain dan orang lain tidak boleh pegang-pegang celana dalammu. Langsung lari kalau ketemu orang seperti itu.”

“Iya, Ibu sayangku cantik.”

Aku memelukmu erat dan kau mendekap hangat.

“Jika tidak ada yang mau bermain denganmu, tidak perlu kecewa. Pulang saja.”

Selesai ucapku disertai anggukkanmu.

Mengantarkanmu pergi bermain seperti mengantarmu pergi ke medan perang. Bukan karena aku tak suka engkau berkawan, namun lebih kepada aku khawatir bagaimana bila nantinya kau terluka. Dan hari ini di detik ke empat puluh satu pada jam dua menit tujuh, aku harus melepasmu.

Inilah saatnya kamu menjelajah, melihat dunia tak hanya dari isi kepala. Mendengar banyak kata, melihat banyak sifat, mempelajari bagaimana menjadi manusia. 

Kau akan mendapat pengabaian dari yang paling kau pedulikan, kau akan mendapati lutut dan siku dipenuhi garis-garis bersinggungan, dan kau akan mengetahui tentang domba-domba yang bersifat serigala kegirangan.

Apapun yang terjadi pada hari hujanmu, rumah kita yang pintunya terbuka paling lebar untukmu. Pulanglah, Ibu selalu menerima.

Seumpama dapat kukatakan siapa diriku, aku ingin menjadi pembatas buku pada halaman-halaman kehidupanmu. Sebagai pengingat pada halaman favoritmu, menjadi kenangan pada halaman patah hatimu, serta menjadi yang senantiasa menasihatimu jika kau membutuhkan sesuatu. Aku akan (ingin) hadir disana.

Aku tak dapat menjelaskan bagaimana tugasku sebagai orang tua untukmu, aku juga tak mampu mengungkapkan harapan-harapan apa untukmu di masa depan. Aku bahkan tak pernah tahu apakah aku masih membersamaimu di 50 tahun mendatang.

Setidaknya aku sudah menulis hal-hal bermakna dalam tiga puluh hari terakhir ini yang mungkin saja di suatu saat nanti dapat kau baca kembali sebagai ‘Kumpulan Nasihat Ibu’ tentang #30DAYSJOURNAL yang diselenggarakan oleh @awi_official 

ESC

Gambar Pinterest

30 DAYS JOURNAL OF AWI SEASON 3

#30DJ3DAYxx

ESC

Tidak ada tombol escape, tidak dapat kutarik kembali kata-kataku padamu.

Kamu yang sering menyebut namaku dalam doa, kamu yang selalu di sisiku dalam keadaan apapun, dan kamu yang mengubah rasa nyaman menjadi canggung tatkala kamu mengucap tiga kata yang membuatku bingung. Semanis itu kamu mengungkapnya, seberani itu kamu menyampaikan, dan seumpama dapat kutarik kembali kata-kataku mungkin kita tak akan berakhir seperti ini.

Tidak ada tombol escape, tidak ada kehidupan masa lalu yang dapat terulang.

Semenjak kamu menjauh, aku mulai merasa kesepian. Hadimu yang acapkali kuindahkan, kini mulai kurindukan. Tak jarang aku lah yang harus menunggumu di samping pintu kelas agar kita bisa berjalan pulang berdampingan. Namun sikapmu terasa dingin semenjak kala itu aku tidak mengiyakan.

Tidak ada tombol escape, tidak dapat kujawab pertanyaan-pertanyaan Ibu.

Ibu mulai menanyakan mengapa kamu tak pernah mampir ke rumah kami, mengapa kamu jarang sekali mengantarku, dan mengapa aku menjadi pemurung. Kamu sibuk, aku menjawab sekenanya dan Ibu tetap mempertanyakan semaunya. Tak mungkin aku menjelaskan pada Ibu bahwa hatimu telah tertutup untukku ketika aku mulai membuka pintu untukmu. Tolong tanyakan sekali lagi, akan kujawab dengan sepenuh hati.

Tidak ada tombol escape, aku harus melanjutkan perjalanan tanpamu.

Selamat berbahagia untuk kamu yang dulu pernah ada disini bersamaku. Semoga dia yang ada di sampingmu dapat menjadi wanitamu lebih dari aku.

213 kata

Gambar: Pinterest

@awi_official

#30DJ #30DJ3

#30DAYSJOURNAL

Benih dan Tanah Lapang

Gambar Pinterest

30 DAYS JOURNAL OF AWI SEASON 3

#30DJ3DAYxx

BENIH DAN TANAH LAPANG

“Bukan seperti itu caranya menebar benih.” Kata suami padaku di suatu hari yang tengah melihatku melubangi tanah-tanah di depan rumah dengan ujung sendok, memasukkan 2-3 benih tanaman disana.

“Kalau seperti ini benihnya bisa mati.” Ucapnya sekali lagi.

“Bukannya tinggal disebar aja ya?” Tanyaku lebih lanjut.

“Ga gitu caranya.” Suami menimpali, ia mengambil kotak benih dan mengajakku ke belakang rumah.

“Tapi kapan hari aku tebar begitu saja di tanah bisa tumbuh kok.” Aku bersikeras.

“Tapi ga semuanya tumbuh besar toh?” Suami bertanya sambil melotot.

Aku cengengesan, “Hehehe, iya juga sih. Sebagian mati.”

Suami menyiapkan nampan yang berisi tanah basah kemudian menaburkan benih di atasnya. “Usahakan agar tanahnya tetap lembab. Tunggu sampai menjadi bibit dan muncul daun sejati, lalu baru bisa dipindah ke tanah depan rumah.”

Benar saja. Tanaman ini lebih tahan cuaca, matahari, tumbuh lebih tinggi, dan tidak gampang mati seperti sebelumnya.

Sembari memindahkan bibit-bibit ini ke tanah depan rumah, aku tak henti-hentinya bertanya, “Mengapa bisa perlakuan berbeda pada benih membuat perubahan signifikan pada tanaman?”

Benih seumpama anak-anak yang kita rawat dan tanah depan rumah adalah dunia luar. Jika kita ingin anak-anak kita dapat survive dengan kehidupan masa depannya maka tugas kita sebagai orang tua untuk mengajarkannya bertahan hidup pada lingkungan kecil terlebih dahulu sebelum ia terjun langsung, ibarat tanah di dalam nampan ini. Pendidikan yang layak, pengetahuan tentang agama dan sopan santun, mengatur keuangan, sex education, hingga bagaimana caranya merawat luka dan menjadi dewasa.

Namun sebagian anak tidak mendapatkan privilege seperti itu, sebagian bahkan ada yang nekat terjun langsung di dunia luar karena keadaan. Beberapa bertahan beberapa mati akibat seleksi alam. Intensitas cahaya, cuaca, hama, dan unsur hara dalam tanah itu sendiri.

“Suneo ada benarnya.” Aku menggeleng dan mengangguk bersamaan. Menolak dan mengiyakan bersamaan. Bagaimanapun juga berpengaruh atau tidaknya privilege pada kehidupan, namun kita tidak bisa menyangkal bahwa privilege itu ada di sekitar kita. Bahkan pada orang-orang biasa seperti kami, privilege itu ada dan takaran masing-masing orang berbeda-beda.

“Suneo siapa?”

Pertanyaan suami kujawab dengan senyuman, “Kamu ga akan kenal.”

333 kata

Gambar: Pinterest

@awi_official

#30DJ #30DJ3

#30DAYSJOURNAL

Antara Beat dan Vario

30 DAYS JOURNAL OF AWI SEASON 3

#30DJ3DAYxx

ANTARA BEAT DAN VARIO

Untuk pertama kalinya seorang anak berusia enam tahun berkata bahwa ia malu mengendarai Beat untuk pergi ke sekolah dikarenakan semua temannya diantar menggunakan Vario. Aku tersenyum menahan tawa. Sejak kapan seorang anak kecil tahu tentang tingkatan harga motor di pasaran, padahal jelas-jelas aku saja masih tak paham selisih harga minyak goreng di Indomaret dengan  Alfamart.

Aku mendekatkan diri, memposisikan kepalaku sejajar dengan kepalanya.

Zafran sayang, mengapa kamu harus malu? Seharusnya kamu malu jika mencuri dan berbohong. Beat yang dimiliki oleh Ayahmu didapatkan dari rezeki yang halal. Dari motor itulah Ayah dipermudah pekerjaannya untuk pergi dari tempat satu ke tempat yang lainnya. Motor yang menurutmu jelek itu sudah membawa banyak manfaat pada keluarga kita.

Tapi Vario lebih bagus, Bunda. Teman-temanku semua punya motor itu. Tidak bisakah kita mendapatkan yang sama? Tanyanya suatu waktu.

Tabungan yang disisihkan Ayahmu mampu membeli Vario saat ini juga, tetapi kau tahu mengapa Ayah tidak membelinya? Karena kita tidak butuh, sayang. Ada beberapa keinginan yang bukan yang kita butuhkan, mengganti motor salah satunya. Untuk apa?

Seorang anak berusia enam tahun mungkin tak pernah tahu bahwa Vario yang dimiliki teman-temannya itu beberapa ada yang kredit, beberapa ada yang memaksakan untuk punya padahal tabungan tak ada, beberapa masih kesusahan membayar SPP sekolah, namun dia memang tak perlu tahu. Yang harus dia tahu hanyalah dia tak perlu malu untuk berbeda dari teman-temannya.

Bunda akan mengajarimu lebih banyak tentang kesederhanaan dan tak perlu malu menjadi sederhana, mulai besok bersiaplah kita akan mengendarai Legenda ke sekolah.

@awi_official

#30DJ #30DJ3

#30DAYSJOURNAL