Tolok Ukur Bahagia

Setangkup air bagiku pasti tak sama kapasitasnya dengan setangkup air dalam genggammu. Jadi jangan jadikan pencapaianmu sebagai tolok ukur kebahagiaan orang lain.

Tidak semua yang menikah punya banyak anak, bahagia. Tidak semua yang traveling ke luar negeri mencicipi banyak makanan lezat, bahagia. Tidak semua yang punya rumah mobil dan harta, bahagia.

“Menikah dong biar hidupmu bahagia,”

“Punya anak lagi dong biar rame,”

“Makanya jalan-jalan jangan di rumah saja,”

“Nabung lah masak udah gede ga bisa nabung,”

“Beli mobil tuh yang bagus, biar dilirik orang,”

Takaran bahagia setiap orang tidak sama. Tentu saja tidak perlu menyuruh-nyuruh mereka untuk melakukannya juga.

Bisa jadi mereka lebih bahagia, jika tidak bertemu dengan mulut besar sepertimu.

#CaptionCompetitionInspo #23Agustus

Kosongkan Isi

Selalu kosongkan isi kepala sebelum bertemu orang baru.

Bukankah air jernih tak akan dapat masuk jika cawanmu telah terisi penuh air. Tumpahkan sebagian untuk mendapat beberapa agar mendapat teguk serupa. 

Demikian pula pada isi kepala. Semakin penuh semakin tak dapat menampung ilmu baru. Bukannya terus belajar, kau hanya akan diam di tempat tak dapat ke mana-mana. Tenggelam oleh ego dan kesombongan yang meluber dari mulut penuh busa keterasingan.

#CaptionCompetitionInspo #22Agustus

Book Review: La Rangku Yang Terlahir dari Keriangan dan Kehilangan

#bookreview #bookstagram #bookstagramindonesia

Minggu ke-4 Bulan Oktober 2020

Judul: LA RANGKU Yang Terlahir dari Keriangan dan Kehilangan

Penulis: Niduparas Erlang

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Cetakan pertama: 2017

Hal : xv+213 halaman

ISBN: 978602037576

Namun, apakah menarik kalau aku mati sebelum menjadi apa-apa, menjadi siapa-siapa? Tidakkah akan percuma dan sia-sia kematian serupa itu. Dan betapa entengnya perjalanan hidup. –halaman 64

Lanjutkan membaca “Book Review: La Rangku Yang Terlahir dari Keriangan dan Kehilangan”

13/22 Rapsodi & Harmoni

#22harimenemukanmu #22harimembucin

13/22 RAPSODI & HARMONI

Suara gerimis di genting mengharmonikan nada-nada indah yang mengalun bersama dari piringan hitam milik Ayah. Apakah kau ingat pernah mengatakan ingin menjadi komponis hebat seperti Beethoven? 

Rapsodi “Moonlight Sonata” terdengar menjadi semakin sendu ketika mengenangmu. Tahukah bahwa aku tidak ingin kamu berakhir seperti Beethoven yang selalu kehilangan cinta hingga ia menutup mata tanpa siapapun di sisinya.

Aku memutar kotak musik hadiah pemberianmu, alunan simfoni “Fur Elise” terdengar sangat menyakitkan untuk hati masygul yang selalu menanyakan: masih adakah aku di hatimu?

80 kata

12/22 Ufuk & Kulminasi

#22harimenemukanmu #22harimembucin

12/22 UFUK & KULMINASI PUTIH

Memilikimu seumpama dunia yang tiada berufuk. Tak akan pernah ada lagi cakrawala yang membatasi langit dan bumi, kamu dan aku. Seolah kita menyatu layaknya semburat warna langit senja. Gradasi lembayung mencipta kita dalam kesempurnaan anugerah.

Matahari memiliki kulminasi jam dua belas, sedangkan kulminasi pada keakuanku adalah berpura-pura melepasmu dengan ikhlas. Kasih, dengan apa lagi kau bisa memahami bahwa aku mendera harap untuk dimiliki.

Bisakah aku dan kamu menjadi kita, sekali lagi tanpa ada kata tapi?

75 kata