30 Hari Bercerita: Usang

Kamu tahu bahwa rumah kita kecil, tidak ada tempat untuk menyimpan barang-barang. Kita bahkan tidak punya lemari pajangan.

Aku memberi kamu sebuah kardus dan kita memainkan permainan: memisahkan mainan mana yang disuka mana yang tidak. Mainan yang tidak kamu suka, akan diletakkan dalam kardus itu hingga penuh. Yang diinginkan tetap berada di kotak mainan.

Pada suatu hari bapak pemulung berhenti di depan rumah, aku meminta kamu untuk menyerahkan kardus mainan bekas itu. Dengan tergopoh-gopoh kamu menyerahkannya, aku di balik jendela melihat kalian berbincang cukup lama. Sekembalinya dari sana, kamu bercerita tentang ucapan terima kasih dari beliau.

: untuk apa bapak itu bilang terima kasih, aku kan ga ngasih uang. Emang mainan rusak bisa dijual?

Sayangku, setiap pemberian yang dilandasi keikhlasan tak perlu kata terima kasih. Dan setiap ucapan terima kasih tak melulu soal uang, barang yang kamu anggap rusak sekalipun masih berharga di mata orang lain.

Di tempat yang jauh, anak-anak pemulung bahagia dengan mainan yang kauberi. Mainan yang kau sangka tak berarti lagi, mempunyai manfaat lebih banyak daripada disimpan di rumah ini.

Sejak saat itu kamu mampu menghargai setiap pemberian setiap kepunyaan, dan sudah lama tidak lagi meminta mainan. Aku bahkan yang akhirnya menawari, diiringi gelengan kepalamu sembari menjawab: mainanku masih banyak.

#30haribercerita

#30hbc21 #30hbc2115

30 Hari Bercerita: Sapa

Ketika dua orang berpapasan, hal yang ditanyakan pertama kali adalah: ate nangdi? Dan selalu dijawab: ndak onok. Hanya ada di tempatku, jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan. Lumrah hingga menjadi biasa.

❤️: Ate nangdi?

💙: Ndak onok

Kamu tahu tidak, sebaik-baiknya hidup bertetangga adalah yang menebar senyum dan bertegur sapa.

Suatu saat nanti ketika kamu bertemu dengan kawan, jangan tanyakan dia hendak pergi ke mana. Karena tujuan dia pergi-bergerak-melangkah adalah urusan pribadi yang tidak semua orang ingin menjelaskannya secara terperinci. Apalagi jika terburu waktu dan tidak sempat untuk sekadar berhenti bertamu.

Cukup ucapkan salam dan sebuah pesan hati-hati di jalan. Serta doakan agar dia sehat selalu.

Itu sudah cukup untuk mewarnai hari-hari seseorang. Tak kurang, tak lebih. Kasih terhadap sesama, kuharap kamu dapat menjaganya.

❤️: Assalamualaikum, hati-hati ya!

💙: Waalaikumsalam, terima kasih. Kamu hati-hati juga 🙂

#30haribercerita #30hbc21tempat

#30hbc21 #30hbc2114

30 Hari Bercerita: Ibu

Ketika itu, di suatu malam. Aku tersadar bahwa,

Tak ada yg lebih membahagiakan dari seorang ibu, yang terjaga di tengah malam hanya untuk meredakan tangis bayinya, mengganti popok basah, hingga sejenak melihatnya tertidur dalam pelukan ketika menyusu.

Bahwa tak ada yang lain yang ia butuhkan selain ibunya. Ibu yang bangun di setiap malam di setiap hari dalam kehidupannya. Hanya dekapan ibu yang mampu menyembuhkan air mata di setiap mimpi buruknya.

Dan dalam setiap dekapku, mengalir sebuah doa yang tak pernah terhenti. Menyelipkan namamu di antaranya. Mendaratkan seberkas kecupan untuk mengantarmu dalam lelap. Dada yang naik turun itu, yang membuatku bertahan dalam menghadapi kerasnya dunia.

Ibuku pasti melakukan hal seperti ini padaku ketika itu, di suatu malam-malam yang lalu. Pasti juga ibumu. Di suatu malam-malammu.

Walau tak pernah terucap, setiap dekapnya adalah janji. Janji bahwa ia kan slalu ada untukmu.

Tidurlah yang nyenyak sayang. Tak usah pedulikan dunia yang mulai membencimu. Karena ada ibu.

Ibu.

Selalu.

Ada.

Untukmu.

#30haribercerita

#30hbc21 #30hbc2113

30 Hari Bercerita: Wirausaha

Matamu berbinar tatkala kuajak berjualan di depan rumah. Ya. Kamu sangat menantikan hari itu di mana kamu menjadi penjual dan menawarkan barang dagangan dengan suara lantang seperti Mail yang menjual ayam goreng pada Upin dan Ipin.

Yang kamu tahu, bawang merah hasil panen ayahmu itu adalah ladang uang yang dapat membeli kebahagiaan. Yang kamu tidak tahu, betapa banyak keringat dan tenaga yang ayahmu kerahkan untuk memastikan kualitas dan kuantitasnya.

Aku mematok harga “teman”, jauh di bawah harga pasar karena saat itu tujuanku hanya satu yaitu agar lekas habis terjual. Agar tidak membusuk, agar dapat memberikan manfaat pada orang lain. Tidak peduli untung rugi, bagaimana pun caranya bawang merah ini harus terjual sekarang.

Kamu membantu aku menjaga barang dagangan ketika aku tidak ada di tempat, membantu menjemur dan mengikat tangkainya erat-erat. Usahamu begitu besar membantu aku tanpa banyak mengeluh. 

Sejujurnya aku malu berjualan. Aku tak punya cukup keberanian menghadapi orang-orang, memasang senyum terbaik sambil menahan sabar yang teramat dalam. Bagaimana tidak, beberapa orang menawar pada harga yang tidak masuk akal.

Aku hanya bisa tersenyum sembari membatin, sungguh tega mereka melakukan itu. Mereka tidak tahu bahwa ayahmu berusaha sedemikian besarnya hingga tak punya hari libur. Dan mereka menawar tanpa pernah memikirkan berapa banyak waktu yang telah dihabiskan.

Senyummu itu yang menguatkanku. Kamu adalah orang pertama yang percaya padaku bahwa aku bisa melakukan semua yang kutakutkan. Dalam jenak aku bangkit dan memberikan senyum terbaik sembari mengatakan tidak.

Jika suatu saat kamu memulai usaha, tolong jangan menyerah ya. Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Pun rezeki tidak akan tertukar. Kamu harus percaya bahwa setiap usaha dan doa kita adalah pahala. 

Semangat, Za 😘

#30haribercerita #30hbc21bantuteman

#30hbc21 #30hbc2112

30 Hari Bercerita: Nelayan

Rumahnya pesisir di kanal-kanal media sosial. Mempunyai satu pekerjaan yaitu menangkap ikan-ikan. Orang menyebutnya nelayan bayaran, yang akan bergerak ketika dibayar uang berlembar-lembar. Sesekali ia memakan hasil tangkapannya sendiri, sering kali ia menelan mentah-mentah uang yang diterima.

Ia tak punya pancing seperti pemula, alatnya adalah jaring kata-kata. Dilemparnya umpan ke tengah samudra. Satu per satu ikan berdatangan tanpa diperintah, mulut lapar mereka mencecap sebait umpan tanpa banyak bicara tanpa banyak berpikir. Amarah dilahap habis.

Ditariknya jejaring menuju sarang yang telah dihiasi kembang-kembang. Setiap hari adalah pesta perayaan, perayaan panen ikan-ikan berdarah panas. Kepalanya kosong, asap menguar menghabiskan otaknya.

Begitulah kisah si nelayan penjaring amarah ikan-ikan. Semakin banyak ikan yang terjaring, semakin makmur hidupnya.

Dan aku sendiri adalah ikan yang enggan memakan umpannya. Bagaimana dengan kamu?

#30haribercerita

#30hbc21 #30hbc2111