Permainan

Minggu, 13 Desember 2009

Aku sedang terjebak dalam sebuah permainan yang entah akan ku beri nama apa. Sebuah permainan yang engkau buat atas dasar cinta. Diatas jalinan kasih itulah kau memulai permainan ini. Dimulai dengan permohonan yang kau utarakan padaku, menjadi seseorang yang akan selalu singgah di hatiku. Kau datang disaat ku membutuhkan seseorang, membutuhkan perhatian , membutuhkan sebuah kasih yang lebih dari kasih sayang seorang teman.

Mulanya biasa saja. Kita terbelenggu oleh candu asmara. Tak ada waktu untuk memirkan dunia luar, karena dunia hanya milik kita berdua. Bahkan sejauh apapun jarak yang memisahkan kita, kau dan aku bahkan tak peduli. Aku masih saja menikmati permainan ini. Namun, sekarang …

Aku tak mungkin menyalahkan waktu, menyalahkan keadaan, apalagi meyalahkanmu atas segalanya yang terjadi. Sebulan setelah kau memulai permainan ini, rasa-rasanya aku menemukan hal yang janggal dalam hubungan ini. Kita kehilangan kontak. Aku merasakan kalau kita berdua tak lagi dekat dalam hubungan yang hangat.

Kau memang berbeda dengan yang lain. Kau tak mengekangku untuk pergi menjelajah ke dunia luar, kau tak mengekangku untuk mencari pengetahuan di luar sana, dan kau bahkan tak mengekangku ketika mencari arti cinta yang sebenarnya pada orang lain, bukan padamu.

Kau adalah malaikat penjagaku. Kau peluk aku dari belakang dengan segala kehangatan cintamu. Membiarkan melihat keindahan dunia tanpa tersakiti oleh aturan-aturanmu. Sebuah pelukan yang tidak pernah mengekangku, bahkan kau melonggarkan sedikit demi sedikit pelukan itu. Namun, apakah aku salah ketika pelukanmu tiba-tiba terlepas dan aku dapat terbang kemana-mana sesukaku?

Aku bagai pasir yang berada di genggaman tanganmu. Kau tak pernah menggenggamku erat, kau bahkan melebarkan telapak tanganmu dan membiarkanku menari-nari di atasnya. Apakah aku salah jika ada angin yang tiba-tiba menerbangkanku pergi dari telapak tanganmu?

Kau bilang kita harus sabar. Sabar apa? Sabar dalam menjalani permainan ini? Aku kini bahkan tak mengerti maksud ucapanmu.

Aku ingin benar-benar lepas dari pelukan malaikat dan membiarkan diri diterbangkan angin yang entah akan pergi kemana. Karena ku pikir sepertinya malaikat itu tak benar-benar menjagaku sampai-sampai ia rela menerbangkanku bersama angin. Mengapa mailaikat itu tak memelukku sepenuhnya agar aku tahu ia melindungiku? Mengapa tak kau tutupi telapak tanganmu dengan telapak tanganmu yang lain ketika angin datang mendekat?

Namun, jika aku benar-benar pergi apakah itu artinya aku yang kalah dalam permainan ini? Dan jika aku tetap singgah dalam pelukan dingin sang malaikat, apakah aku mampu bertahan berada di telapak tanganmu padahal angin benar-benar ingin mengajakku pergi bersamanya?

Jika kau jadi aku, apa yang akan kau lakukan?

Tak mungkin menyalahkan waktu.

Tak mungkin menyalahkan keadaaan.

Kau datang disaat ku membutuhkanmu.

Dari masalah hidupku bersamanya.

Semakin ku menyayangimu.

Semakin ku harus melepasmu dari hidupku.

Tak ingin lukai hatimu lebih dari ini.

Kita tak mungkin terus bersama.

Suatu saat nanti kau kan dapatkan.

Seorang yang akan dampingi hidupmu.

Biarkan ini menjadi kenangan.

Dua hati yang tak pernah menyatu.

Semakin ku menyayangimu.

Semakin ku harus melepasmu dari hidupku.

Tak ingin lukai hatimu lebih dari ini.

Kita tak mungkin terus bersama.

Maafkan aku yang membiarkanmu.

Masuk ke dalam hidupku ini.

Maafkan aku yang harus melepasmu.

Walau ku tak ingin.

Semakin terasa cintamu.

Semakin ku harus melepasmu dari hidupku.

Tak ingin lukai hatimu lebih dari ini.

Kita tak mungkin terus bersama.

I will let you go.

Ku ucapkan terima kasih padamu. Karena telah menyembuhkanku atas penyakitku. Cinta bagaikan candu yang akan terus menerus menggerogoti hatiku. Namun kau memaksaku untuk berhenti, berhenti mengkonsumsi candu. Dan kau berhasil. Terima kasih.

Satu tanggapan untuk “Permainan

Tinggalkan Balasan ke ezhpe Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.