Selamat Ulang Tahun

Ribuan detik ku habisi
Jalanan lengang ku tentang
Oh, gelapnya, tiada yang buka
Adakah dunia mengerti?

Miliaran panah jarak kita
Tak jua tumbuh sayapku
Satu-satunya cara yang ada
Gelombang tuk ku bicara

Tahanlah, wahai Waktu
Ada “Selamat ulang tahun”
Yang harus tiba tepat waktunya
Untuk dia yang terjaga
Menantiku

Tengah malamnya lewat sudah
Tiada kejutan tersisa
Aku terlunta, tanpa sarana
Saluran tuk ku bicara

Jangan berjalan, Waktu
Ada “Selamat ulang tahun”
Yang harus tiba tepat waktunya

Mundurlah, wahai Waktu
Ada “Selamat ulang tahun”
Yang tertahan tuk ku ucapkan
Yang harusnya tiba tepat waktunya
Dan rasa cinta yang slalu membara
Untuk dia yang terjaga
Menantiku

image

#Dee #Rectoverso

Curhat buat Sahabat

Sahabatku, usai tawa ini. Izinkan aku bercerita:

Telah jauh, kumendaki. Sesak udara di atas puncak khayalan. Jangan sampai kau di sana.

Telah jauh ku terjatuh. Pedihnya luka di dasar jurang kecewa. Dan kini sampailah, aku di sini …

Yang cuma ingin diam, duduk di tempatku. Menanti seorang yang biasa saja. Segelas air di tangannya, kala ku terbaring … sakit. Yang sudi dekat, mendekap tanganku. Mencari teduhnya dalam mataku. Dan berbisik: “Pandang aku, kau tak sendiri, oh, dewiku …”. Dan demi Tuhan, hanya itulah yang. Itu saja kuinginkan.

Telah lama, kumenanti. Satu malam sunyi untuk kuakhiri. Dan usai tangis ini, aku kan berjanji …

Untuk diam, duduk di tempatku. Menanti seorang yang biasa saja. Segelas air di tangannya, kala ku terbaring … sakit. Menentang malam, tanpa bimbang lagi. Demi satu dewi yang lelah bermimpi. Dan berbisik: “Selamat tidur, tak perlu bermimpi bersamaku …”.

Wahai Tuhan, jangan bilang lagi itu terlalu tinggi.

Rectoverso. Dee.

Peluk

RectoversoHatimu tahu, seperti hatiku pun tahu. Nadi kita mendenyutkan pesan-pesan yang tahunan sudah menanti untuk bersuara. Inilah keindahan yang kumaksud. Kejujuran tanpa suara yang tak menyisakan ruang untuk dusta. Sakit ini tak terobati dan bukan untuk diobati. Dan itu jugalah keindahan yang kumaksud. Rasakan semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih, segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku, pada dini hari yang hening. Bening. Apa adanya.

Menahun, ku tunggu kata-kata yang merangkum semua. Dan kini ku harap ku dimengerti. Walau sekali saja pelukku.

Tiada yang tersembunyi. Tak perlu mengingkari. Rasa sakitmu. Rasa sakitku. Tiada lagi alasan. Inilah kejujuran. Pedih adanya. Namun ini jawabnya.

Lepaskanku segenap jiwamu. Tanpa harus ku berdusta. Karena kaulah satu yang kusayang. Dan tak layak kau didera.

Sadari diriku pun kan sendiri. Di dini hari yang sepi. Tetapi apalah arti bersama, berdua. Namun semu semata.

Tiada yang terobati. Di dalam peluk ini. Tapi rasakan semua. Sebelum kau kulepas selamanya. Tak juga kupaksakan setitik pengertian. Bahwa ini adanya. Cinta yang tak lagi sama.

Lepaskanku segenap jiwamu. Tanpa harus ku berdusta. Karena kaulah satu yang kusayang. Dan tak layak kau didera.

Dan kini ku berharap ku dimengerti. Walau sekali saja pelukku.

 #Rectoverso #Dee